it's just blog ! but pretty amaze me !

Jumat, 29 April 2011

Wireless vs Wireline


Teknologi wireless (tanpa kabel) kini telah menjamur. Hal ini sangat membantu penetrasi pendekatan internet ke masyarakat. Hanya dengan bermodalkan modem wireless seharga kurang lebih Rp. 400.000 -an dan kartu perdana mulai dari Rp.30.000 - Rp.200.000 an kita sudah mampu menikmati layanan internet broadband. 
Banyaknya pilihan yang ditawarkan para operator seluler semakin meramaikan persaingan antara operator. Para operator pun berlomba - lomba memberikan investasi penuh untuk layanan nirkabel ini karena diangga lebih murah dan efisien. Sangat wajar jika dikatakan lebih murah dan efisien, misalnya saja, untuk satu sambungan telepon membutuhkan sambungan kabel sedikitnya $500, dibandingkan dengan wireless yang hanya $7 per sambungan.
Pelanggan telepon kabel pun tidak pernah berkembang dan stagnan. Contoh nya, pelanggan Telkom yang 'jalan di tempat' di kisaran 8,7 juta pengguna dan Indosat di kisaran kurang dari 100 ribu pengguna. Sangat berbeda dibandingkan dengan angka pengguna wireless mereka, Flexi mempunyai 18 juta pengguna dan StarOne mempunyai 700 ribuan pengguna. 

Namun bisnis jaringan kabel masih tetap dipertahankan, karena ini adalah bisnis warisan. Sangat disayangkan jika harus menutup bisnis kabel yang telah menghabiskan investasi triliunan dollar ini tanpa adanya pengembangan.
Lagipula untuk kebutuhan data pita lebar yang besar dengan akses yang cepat dan stabil hanya bisa didapat pada koneksi yang stabil dan dedicated. Hal ini lah yang belum bisa dipenuhi oleh teknologi wireless meskipun sudah memasuki era 3G. Di negara - negara maju Eropa dan Amerika, layanan ini masih dipertahankan, meski layanan wireless tetap tersedia luas.
"Masa depan broadband itu sejatinya ada di teknologi kabel, bukan di nirkabel", kata Setyanto P Santosa, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL). Ia mendesak pemerintah dan operator memberikan porsi lebih kepada infrastruktur broadband wireline. Imbauan ini direspon Telkom selaku BUMN dengan dimulainya proyek pembangunan Telkom Nusantara Super Highway senilai Rp.150 triliun. Ini merupakan proyek infrastruktur teknologi komunikasi informasi (ICT) berbasis optical network platform dengan kombinasi pembangunan jaringan serat optik baru sepanjang 47.099 km. 
“Proyek ini adalah wujud pembangunan infrastruktur broadband nasional agar masyarakat bisa menggunakan akses data kecepatan tinggi ini untuk hal yang bisa meningkatkan perekonomian dengan harga terjangkau,” jelas Direktur Network and Solutions Telkom, Ermady Dahlan.

Menurutnya, pembangunan infrastruktur broadband harus diakselerasi karena berdasarkan riset yang dipaparkan Telkom, setiap peningkatan 1% penetrasi broadband, tenaga kerja yang terpakai naik 0,2% hingga 0,3%. Sedangkan setiap investasi sebesar US$ 1 untuk broadband, maka masyarakat akan mendapatkan keuntungan 10 kali lipatnya.

”Dari hasil kajian di 120 negara selama 1980-2006 telah terbukti setiap kenaikan 10% dari penetrasi broadband akan meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) 1,21% di negara maju dan 1,38% untuk negara berkembang. Saya sendiri memperkirakan setiap pertumbuhan 10% dari broadband di Indonesia memberikan dampak tidak langsung mencapai Rp 500 triliun,” jelas Ermadi.

Dari infrastruktur jaringan backbone dalam proyek Telkom Nusantara Super Highway itu, akses data dan internet nantinya akan disalurkan ke rumah-rumah melalui teknologi Fiber to the Home (FTTH). Proyek yang ditargetkan rampung tahun 2015 nanti, untuk tahap awal akan menyasar sambungan ke 60 ribu household (rumah tangga).

"Saat ini, dalam proyek Telkom Nusantara Super Highway yang 25% di antaranya ikut kami kerjakan, akses jaringan wireline yang tersedia sudah mencapai 10 ribu sambungan sejak dibangun mulai November tahun lalu," ungkap Managing Director ZTE Indonesia, Nolan A Fan.

Dengan teknologi FTTH itu, Telkom nantinya bisa menyelenggarakan akses data pita lebar berbasis kabel optik di rumah-rumah dengan berbagai turunannya, seperti penguatan akses internet broadband Speedy, dan siaran melalui akses internet atau IPTV (internet protocol television) dalam waktu dekat.

Telkom sendiri meski belum merampungkan proyek pembangunan FTTH-nya secara keseluruhan, sudah berani mengkampanyekan keandalan Speedy sebagai layanan internet cepat real unlimited.

"Telkom betul-betul menyediakan layanan internet tanpa batas, yakni tanpa batas waktu maupun kuota," tegas Operation Vice President Public Relation Telkom, Agina Siti Fatimah.

Menurutnya, dengan kualitas jaringan dan akses internet yang bagus akan membuat pelanggan lebih loyal untuk menggunakan Speedy. Saat ini, Telkom telah melayani 1,7 juta pelanggan Speedy dan menargetkan jumlahnya akan meningkat menjadi 2,5 juta hingga 2,7 juta di akhir 2011 nanti seiring dengan peningkatan kapasitas jaringan.

"Tidak hanya dari sisi kecepatan akses yang ditingkatkan, tetapi juga bandwidth. Misalnya, pelanggan Speedy dengan kecepatan akses 1 Mbps, infrastrukturnya harus lebih bagus dari sekarang sehingga akses internetnya bisa lebih nyaman," tandas Agina.

Saduran detikInet
Lanjuuuut...!

Statistik